Sabtu, 28 April 2012

FILSAFAT DIRI


FILSAFAT DIRI

            Aku. Aku adalah Inti firdaus. Inti menurut bahasa artinya pokok atau sari, sedangkan menurut orang tua yang memberiku nama, Inti berarti sama dengan akhiran nama ibuku yaitu winaryaTi. Firdaus adalah salah satu nama surga yang terindah dan ternikmat. Ayahku memberi nama Inti firdaus yang secara bahasa adalah pokok atau sari dari surga firdaus. Orang tuaku memberiku nama seperti itu dengan harapan aku bisa menjadi waita penghuni surga firdaus dan membawa serta orang tua serta orang-orang terdekat untuk ikut tinggal di dalam surga firdaus.
            Aku. Aku adalah seseorang yang hidup dalam dunia yang apa adanya. Tidak menjadi orang lain dan tidak berusaha menjadi orang lain. Pernah sekali aku mencoba untuk menjadi orang lain, dan aku tidak nyaman. Aku adalah diriku sendiri dan apa yang aku fikirkan. Aku ingin orang disekitarku mengerti dan memahami bahwa inilah aku dengan segala kelemahan dan kelebihanku. Aku ingin mereka melihat wajahku, bukan topeng yang menutupinya.
            Aku. Aku adalah orang yang hidup dalam kesederhanaan. Terbiasa mmenerima apa pun yang ada. Terbiasa tidak mendapatkan apa yang diinginkan. Kehilangan sosok ayah sejak kecil adalah sesuatu yang menyakitkan. Mengguncang segala aspek dalam kehidupanku. Sederhana dan apa adanya adalah seseuatu yang melekat di hidupku. Aku sungguh mengikuti aliran sungai. Ku ibaratkan diri ini seperti sungai, biarkan dia mengalir apa adanya. Biarpun dia bertemu banyak hambatan, namun dalam setiap hambatan tersebut pastilah ada celah yang dapat dilewati air, bagaikan hidup yang mengalami banyak cobaan, setiap cobaan pasti ada celah untuk menjadi penyelesaiannya. Hingga akhirnya aliran sungai itu dapat menuju laut dan berakhir di sana. Di laut itulah takdirku menunggu, jodohku dan matiku.
            Aku. Aku adalah seseorang yang hidup dengan memanfaatkan kesempatan yang ada. Aku selalu mencoba hal-hal baru. Bagiku, kesempatan tidak pernah datang dua kali. Banyak hal baru yang harus dicoba. Kita bisa menemukan banyak bintang tapi kita tidak akan mendapatkan bintang yang sama untuk kedua kalinya. Hal-hal baru tersebut banyak yang bisa dijadikan pengalaman, karena pengalaman adalah guru yang paling baik. Banyak pelajaran yang bisa diambil, biar pahit mauapun manis, semuanya digunakana tuk menjadi pelajaran agar hidup kita lebih baik di masa yang akan datang. Resiko itu sudah psti kita hadapi dalam mencoba hal baru, namun apalah artinya hidup tanpa resiko? Akan tetapi, tentu saja sebelum kita memutuskan untuk mengambil kesempatan, kita harus memikirkan tentang baik buruknya, manfaat dan mudzorotnya, baru kita bisa mengambil keputusan.  Seperti itulah hidup yang aku jalani, berusaha mengambil kesempatan tanpa melewatkan akibat dan manfaat yang kita ambil dri keputusan tersebut.
            Aku. Aku berasal dari rahim seseorang yang melahirkan aku. Seseorang yang mengandungku dan seseorang yang mencintaku selamanya. Seseorang yang tidak pernah lelah menyayangiku dalam kondisi apapun. Bahkan aku yakin, dialah satu-satunya orang yang rela mati untukku. Ibu, satu sosok yang tak pernah habis untuk didiskripsikan. Ibu, sosok yang tidak pernah terukur kasih sayangnya. Ibu, sosok yang hebat dan menjadi inspirasiku. Dari sanalah aku terlahir, bukan hanya dari segi biologis yaitu seseorang yang mengandung, melahirkan dan menyusuiku. Namun aku terlahir darinya dari segala segi kehidupanku. Semua yang ada dalam diriku saat ini adalah karena ibu, sesudah Allah tentunya. Cara pandangku, prinsipku, cara hidupku, kebiasaan dan apapun yang melobatkan kepribadian dan emosional.
            Aku. Aku berada di sini, di Universitas Negeri Malang FMIPA Biologi dengan program studi S1 Pendidikan Biologi. Sesuatu yang sangat membanggakan. Bagaimana tidak? Sejak kecil aku bercita-cita menjadi seorang guru. Itu pula yang ibu inginkan dariku. Meneruskan perjuangannya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Beliau bercerita bahwa sejak kecil aku telah mempunyai bakat untuk menjadi guru. Selain itu, aku sudah terdidik dalam lingkungan guru karena aku tinggal di perumahan guru dimana sebagian besar yang tinggal disitu berprofesi sebagai guru. Jadi, guru dan dunianya sudah mendarah daging dalam kehidupanku dan perkembangannya pun selalu di depan mata. Aku memilih biologi karena sejak kecil pula aku mneyukai alam dan segala hal yang berbau kesehatan.
            Aku. Aku mempunyai tujuan hidup untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara universal aku mempunyai tujuan hidup untuk mengabdikan diri pada sesuatu yang aku sayang. Banyak hal yang aku sayang, aku ingin mengabdikan diriku pada Allah Swt, ibu, keluarga, lembaga yang mencerdaskan aku serta tempat aku bekerja. Satu hal lagi yang aku sayangi adalah dunia pendidikan Indonesia. Aku ingin memberikan pengajaran gratis pada anak-anak kurang mampu. Mereka seharusnya mempunyai hak yang sama dengan anak-anak yang lain, yaitu mendapatkan pendidikan. Seharusnya tidak ada lagi anak bodoh di Indonesia. Tidak terbelenggu pada keterbatasan ekonomi ataupun faktor lainnya. Kita bisa mengajarkan mereka ketrampilan sehingga dapat memperoleh penghasilan dari karya mereka. Jika mereka sudah dapat menghasilkan uang dari karya mereka, tentu orang tua dan anak-anak tidak mampu lainnya akan tertarik untuk mendapatkan hal yang sama, dari situlah kita sisipi berbagai macam pengetahuan-pengetahuan, cara bermain dan belajar secara seimbang. Tidak mudah memang, dibutuhkan kemauan yang keras serta tenaga dan waktu yang tidak sedikit. Apalagi di dunia seperti ini, jarang sekali atau bahkan tidak ada orang yang mau bekerja tanpa diberi imbalan. Semua butuh uang saat ini, mengkomersilkan segalanya. Ingatkan mereka tentang akhir dari hidup ini? Semua akan berakhir pada kematian, dimana tidak akan ada yang menolong kita kecuali tiga hal yaitu amal yang sholeh, ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholeh yang senantiasa mendoakan orang tuanya. Dengan menjadi guru, menjadi pengajar yang ikhlas, kita telah menyumbangkan ilmu yang bermanfaat, belum lagi segala macam pengalaman dan amalan yang kita peroleh, pahala seperti itu tidak akan ada habiskan dan sangat membantu kita di akhirat nanti. Profesi guru masih dianggap sebagai profesi yang tidak menjamin, dengan gaji yang kecil dan kerja keras tidak mampu mencukupi kebutuhan. Bahkan ada beberapa orang yang bilang bahwa jika ingin kaya maka jangan menjadi guru, namun apakah tujuan hidup ini hanya mencari kekayaan?? Tidak ingatkah bahwa hidup ini hanya sementara dan kekayaan tidak dibawa mati??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar