FILSAFAT
DIRI
Aku. Aku adalah Inti firdaus. Inti menurut bahasa artinya
pokok atau sari, sedangkan menurut orang tua yang memberiku nama, Inti berarti
sama dengan akhiran nama ibuku yaitu winaryaTi. Firdaus adalah salah satu nama
surga yang terindah dan ternikmat. Ayahku memberi nama Inti firdaus yang secara
bahasa adalah pokok atau sari dari surga firdaus. Orang tuaku memberiku nama
seperti itu dengan harapan aku bisa menjadi waita penghuni surga firdaus dan
membawa serta orang tua serta orang-orang terdekat untuk ikut tinggal di dalam
surga firdaus.
Aku. Aku adalah seseorang yang hidup dalam dunia yang apa
adanya. Tidak menjadi orang lain dan tidak berusaha menjadi orang lain. Pernah
sekali aku mencoba untuk menjadi orang lain, dan aku tidak nyaman. Aku adalah
diriku sendiri dan apa yang aku fikirkan. Aku ingin orang disekitarku mengerti
dan memahami bahwa inilah aku dengan segala kelemahan dan kelebihanku. Aku
ingin mereka melihat wajahku, bukan topeng yang menutupinya.
Aku. Aku adalah orang yang hidup dalam kesederhanaan.
Terbiasa mmenerima apa pun yang ada. Terbiasa tidak mendapatkan apa yang
diinginkan. Kehilangan sosok ayah sejak kecil adalah sesuatu yang menyakitkan.
Mengguncang segala aspek dalam kehidupanku. Sederhana dan apa adanya adalah
seseuatu yang melekat di hidupku. Aku sungguh mengikuti aliran sungai. Ku
ibaratkan diri ini seperti sungai, biarkan dia mengalir apa adanya. Biarpun dia
bertemu banyak hambatan, namun dalam setiap hambatan tersebut pastilah ada
celah yang dapat dilewati air, bagaikan hidup yang mengalami banyak cobaan,
setiap cobaan pasti ada celah untuk menjadi penyelesaiannya. Hingga akhirnya aliran
sungai itu dapat menuju laut dan berakhir di sana. Di laut itulah takdirku
menunggu, jodohku dan matiku.
Aku. Aku adalah seseorang yang hidup dengan memanfaatkan
kesempatan yang ada. Aku selalu mencoba hal-hal baru. Bagiku, kesempatan tidak
pernah datang dua kali. Banyak hal baru yang harus dicoba. Kita bisa menemukan
banyak bintang tapi kita tidak akan mendapatkan bintang yang sama untuk kedua
kalinya. Hal-hal baru tersebut banyak yang bisa dijadikan pengalaman, karena
pengalaman adalah guru yang paling baik. Banyak pelajaran yang bisa diambil,
biar pahit mauapun manis, semuanya digunakana tuk menjadi pelajaran agar hidup
kita lebih baik di masa yang akan datang. Resiko itu sudah psti kita hadapi
dalam mencoba hal baru, namun apalah artinya hidup tanpa resiko? Akan tetapi,
tentu saja sebelum kita memutuskan untuk mengambil kesempatan, kita harus
memikirkan tentang baik buruknya, manfaat dan mudzorotnya, baru kita bisa
mengambil keputusan. Seperti itulah
hidup yang aku jalani, berusaha mengambil kesempatan tanpa melewatkan akibat
dan manfaat yang kita ambil dri keputusan tersebut.
Aku. Aku berasal dari rahim seseorang yang melahirkan
aku. Seseorang yang mengandungku dan seseorang yang mencintaku selamanya.
Seseorang yang tidak pernah lelah menyayangiku dalam kondisi apapun. Bahkan aku
yakin, dialah satu-satunya orang yang rela mati untukku. Ibu, satu sosok yang
tak pernah habis untuk didiskripsikan. Ibu, sosok yang tidak pernah terukur
kasih sayangnya. Ibu, sosok yang hebat dan menjadi inspirasiku. Dari sanalah
aku terlahir, bukan hanya dari segi biologis yaitu seseorang yang mengandung,
melahirkan dan menyusuiku. Namun aku terlahir darinya dari segala segi
kehidupanku. Semua yang ada dalam diriku saat ini adalah karena ibu, sesudah
Allah tentunya. Cara pandangku, prinsipku, cara hidupku, kebiasaan dan apapun
yang melobatkan kepribadian dan emosional.
Aku. Aku berada di sini, di Universitas Negeri Malang
FMIPA Biologi dengan program studi S1 Pendidikan Biologi. Sesuatu yang sangat membanggakan.
Bagaimana tidak? Sejak kecil aku bercita-cita menjadi seorang guru. Itu pula
yang ibu inginkan dariku. Meneruskan perjuangannya untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa. Beliau bercerita bahwa sejak kecil aku telah mempunyai bakat untuk
menjadi guru. Selain itu, aku sudah terdidik dalam lingkungan guru karena aku
tinggal di perumahan guru dimana sebagian besar yang tinggal disitu berprofesi
sebagai guru. Jadi, guru dan dunianya sudah mendarah daging dalam kehidupanku
dan perkembangannya pun selalu di depan mata. Aku memilih biologi karena sejak
kecil pula aku mneyukai alam dan segala hal yang berbau kesehatan.
Aku. Aku mempunyai tujuan hidup untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa. Secara universal aku mempunyai tujuan hidup untuk mengabdikan
diri pada sesuatu yang aku sayang. Banyak hal yang aku sayang, aku ingin
mengabdikan diriku pada Allah Swt, ibu, keluarga, lembaga yang mencerdaskan aku
serta tempat aku bekerja. Satu hal lagi yang aku sayangi adalah dunia
pendidikan Indonesia. Aku ingin memberikan pengajaran gratis pada anak-anak
kurang mampu. Mereka seharusnya mempunyai hak yang sama dengan anak-anak yang
lain, yaitu mendapatkan pendidikan. Seharusnya tidak ada lagi anak bodoh di
Indonesia. Tidak terbelenggu pada keterbatasan ekonomi ataupun faktor lainnya.
Kita bisa mengajarkan mereka ketrampilan sehingga dapat memperoleh penghasilan
dari karya mereka. Jika mereka sudah dapat menghasilkan uang dari karya mereka,
tentu orang tua dan anak-anak tidak mampu lainnya akan tertarik untuk
mendapatkan hal yang sama, dari situlah kita sisipi berbagai macam
pengetahuan-pengetahuan, cara bermain dan belajar secara seimbang. Tidak mudah
memang, dibutuhkan kemauan yang keras serta tenaga dan waktu yang tidak
sedikit. Apalagi di dunia seperti ini, jarang sekali atau bahkan tidak ada orang
yang mau bekerja tanpa diberi imbalan. Semua butuh uang saat ini, mengkomersilkan
segalanya. Ingatkan mereka tentang akhir dari hidup ini? Semua akan berakhir
pada kematian, dimana tidak akan ada yang menolong kita kecuali tiga hal yaitu
amal yang sholeh, ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholeh yang senantiasa
mendoakan orang tuanya. Dengan menjadi guru, menjadi pengajar yang ikhlas, kita
telah menyumbangkan ilmu yang bermanfaat, belum lagi segala macam pengalaman
dan amalan yang kita peroleh, pahala seperti itu tidak akan ada habiskan dan
sangat membantu kita di akhirat nanti. Profesi guru masih dianggap sebagai
profesi yang tidak menjamin, dengan gaji yang kecil dan kerja keras tidak mampu
mencukupi kebutuhan. Bahkan ada beberapa orang yang bilang bahwa jika ingin
kaya maka jangan menjadi guru, namun apakah tujuan hidup ini hanya mencari
kekayaan?? Tidak ingatkah bahwa hidup ini hanya sementara dan kekayaan tidak
dibawa mati??
Tidak ada komentar:
Posting Komentar