Inti firdaus
110341421567
Biologi / C’2011
Karya
Tulis Menangis
Menulis merupakan kegiatan
berkomunikasi antarsesama manusia dengan media berupa bahasa tulis.
Berkomunikasi antar dua orang dengan bahasa tulis dapat dilakukan melalui surat
menyurat. Berkomunikasi dengan tujuan menyampaikan ide atau gagasan kepada
banyak orang dengan bahasa tulis dilakukan melalui penulisan artikel atau buku.
Ahmadi (1990) mendefinisikan ”Menulis merupakan suatu perbuatan atau kegiatan
komunikatif antara penulis dan pembaca.” (Lis, 2007)
Menulis sangat penting untuk
dilakukan oleh setiap orang. Setiap orang perlu melakukan komunikasi dengan
menulis. Menulis dapat dibagi menjadi beberapa jenis, seperti menulis surat,
menulis karangan atau menulis karya tulis ilmiah. Menulis karya ilmiah diperlukan
untuk menyampaikan suatu hasil kajian atau penelitian. Oleh karena itu,
mahasiswa Indonesia kini disibukkan menulis laporan praktikum, jurnal, makalah,
hingga skripsi sebagai bentuk penyampaian informasi tentang adanya penelitian
atau hasil kajian yang telah mereka buat. Ide atau gagasan tentang sebuah topik
harus tersusun dalam bentuk karya tulis ilmiah. Karya tulis ilmiah haruslah
memuat data dan fakta yang diungkap dari hasil penelitian, pengamatan dan
peninjauan.
Sebagian besar orang menganggap
bahwa kemampuan menulis ilmiah oleh mahasiswa masih rendah. Hal itu dibuktikan
oleh sedikitnya karya ilmiah mahasiswa Indonesia yang diterima di ranah
Internasional bila dibandingkan dengan negara maju lain di dunia atau bahkan di
Asia tenggara. Berdasarkan data Indonesian Scientific Journal Database terdata
sekitar 13.047 buah jurnal di Indonesia yang berkategori ilmiah yang masih
aktif, sangat tertinggal jauh dari
Malaysia yang sudah 55.211 dan Thailand 58.931.
Rendahnya kemampuan mahasiswa dalam
menulis ilmiah disebabkan karena kurangnya minat membaca mahasiswa dan sebagian
besar penduduk Indonesia. Kedua kegiatan ini saling mempengaruhi. Membaca itu
referensi untuk menulis. Bagaimana bisa seseorang menulis jika tidak suka
membaca. Mustahil seseorang bisa menulis kalau yang bersangkutan tidak suka
membaca karena kedua kegiatan saling beriringan (Abdul, 2011). Perbandingan
dapat dilakukan dengan pengamatan di tempat-tempat umum seperti stasiun,
terminal dan di dalam kendaraan umum. Masyarakat di negara-negara maju seperti
Jepang dan Inggris menggunakan waktu senggang yang mereka miliki untuk membaca.
Mereka selalu membawa buku saku hingga buku besar untuk dibaca di tempat umum.
Di Indonesia pada tempat tersebut terjadi sesuatu yang sangat berbeda. Masyarakat
Indonesia jarang yang menghabiskan waktu luang dengan membaca buku seperti di negara
maju lainnya. Mereka lebih suka mengobrol, bermain alat elektronik, bahkan
tidur. Namun, ada juga beberapa orang yang masih membaca koran.
Taufiq
Ismail, seorang penyair Angkatan 66, melihat generasi muda kita buta membaca
dan lumpuh menulis sangat beralasan. Dia melihat hal ini sebagai akibat buruk
dari dimatikannya kewajiban membaca 25 buku dan mengarang 40 jam setahun bagi
murid-murid SMA, yang terjadi sejak berakhirnya sistem pendidikan AMS
(setingkat SMA di zaman Belanda). Kurikulum pendidikan yang tidak menganggap
membaca dan menulis sebagai pelajaran penting adalah akar penyebab rendahnya
kemampuan menulis pemuda kita saat ini (Joni, 2012)
Adapun faktor lain penyebab
rendahnya kemampuan menulis karya ilmiah juga dipengaruhi oleh kurangnya
pengakuan dari pemerintah terhadap karya tulis mahasiswa Indonesia yang
berkualitas. Hal itu membuat mahasiswa berpikir, “Untuk apa susah-susah membuat
karya tulis yang baik, toh dari pemerintah tidak ada penghargaan, hanya
buang-buang waktu saja.” Sedangkan di luar negeri, mahasiswanya benar-benar
mendapat respon positif dan perhatian dari pemerintah. Oleh karena itu, banyak mahasiswa
Indonesia yang akhirnya memutuskan bekerja di luar negeri karena lebih mendapat
pengakuan dan penghargaan atas karyanya. Padahal jika diterapkan di Indonesia,
karya tulis para mahasiswa itu dapat memajukan negara ini. “Hasil kerja dari
para peneliti kurang di-support pemerintah, setidaknya ada upaya pemerintah
memberikan ruang gerak bagi peneliti untuk lebih mempromosikan hasil
penelitian. Para peneliti pastinya sangat bangga jika hasil penelitiannya
digunakan masyarakat luas, tetapi nyatanya produk para peneliti banyak
disampingkan,” (Putrahermanto, 2010)
Setelah mengetahui fakta tentang
karya tulis mahasiswa saat ini, seharusnya hati kita tergerak untuk turut
memperbaiki keadaan tersebut. Banyak pihak yang dibutuhkan untuk memperbaiki keadaan
ini seperti pemerintah, orang tua, guru/dosen dan yang paling pokok adalah
mahasiswa Indonesia. Pemerintah seharusnya bisa lebih mengahargai karya anak
bangsa sehingga mereka tidak lari ke luar untuk bekerja. Pemerintah bisa
memulai dengan memberikan penghargaan dan pekerjaan yang layak dengan gaji yang
pantas, sesuai dengan apa yang dikerjakan. Dengan begitu, setidaknya dapat
mengurangi ilmuwan yang bekerja ke luar negeri dan mereka pun akan mengabdi
pada negara Indonesia sehingga Indonesia dapat menjadi negara maju karena
memiliki ilmuwan yang benar-benar mengabdi pada negara kelahirannya. Selain dari pemerintah, dukungan juga dibutuhkan
dari orang tua. Orang tua seharusnya mulai memberikan budaya membaca sejak
kecil. Agar saat kelak dewasa atau menjadi mahasiswa, dia memiliki rasa ingin
membaca yang tinggi. Kemudian untuk guru/dosen harus memberi dukungan dan
pengarahan untuk anak didiknya agar meningkatkan kegiatan membaca dan menulis.
Dari mahasiswa sendiri, mereka mesti optimis bahwa mereka mampu untuk membuat
suatu karya tulis ilmiah, serta mulai
membiasakan diri untuk cinta membaca.